AMBON,MARINYONEWS.COM,-Warga tiga desa di Kota Tual masing-masing Desa Tayando Yamru, Desa Tayando Ohoiel dan Desa Tayando Langgiar mengelu sampai hari ini penerangan didepan mereka. Masyarakat dibuat resah terkait dengan proses penerangan yang sampai kini belum terjadi di Kota Tua. Kepada media ini, melalui telepon genggam masyarakat tiga desa itu menyebutkan, Perusahaan Lisyrik Nwgara (PLN). Telah melakukan proses pemasangan tiang dan kabel yang membuat masyarakat sudah merasa senang karena mereka tidak ada lagi dalam kegelapan.
Namun sampai dengan hari ini harapan dan dambaan mereke tidak terwujud, semuanya itu hanya impian kosong. apa yang telah dipasang oleh mandek PLN, "semua yang sudah dibuat oleh PLN tidak ada artinya bagi warga desa, sebab mereka tidak bisa menikmati terus ada dalam kegelapan yang berkepanjangan. Karena sampai saat ini tidak ada perhatian dan tanggungjawab dari pemerintah kota Tual terkait kelanjutanya pengadaan mesin.
Sebqb informasi yang masyarakat dapatkan PLN tanggung jawabnya pasang tiang kabel dan aliran listrik sedangkan untuk terjadinya penerangan itu tanggungjawabnya pemerintah pemerintah daerah. Tetapi kenyataannya pemerintah dibawah kepemimpinan Bupati Ulahayanan sepertinya menutup mata terhadap menceritakan rakyat terutama mereka yang berdasarkan di tiga desa tersebut.
"Seandainya itu dari pemerintah daerah kota Tual, seharusnya mereka harus peduli kepada masyarakat yang sampai saat ini belum menikmati penerangan. Karena PLN telah membangun infrastruktur dan sudah cukup lama dibiarkan terbengkalai. Padahal semuanya sudah dibuat oleh PLN, tinggal ada mesin maka lampu di rumah penduduk akan menyala", tutur mereka. S mpai hari ini peralatan sudah terpasang. Namun penerangan ini belum dapat dinikmati oleh masyarakat desa. Dikarenakan mesin yang menjadi tanggung jawab Pemda Kota Tual sampai hari ini tidak ada.
Masyarakat sangat sedih, ingin bertanya apakah mereka tidak punya arti dalam negara ini terlebih lagi di kota Tual tempat kelahiran mereka.Selain itu apakah mereka ini hidup dinegeri sendiri sebagai anak tiri kalau kami mau sebut endekos berarti harus kami ada biaya tiap bulan. Padahal Tual ini tempat kami putus pusar, tanah tumpah darah hingga kami punya hak untuk mendapatkan perhatian. Kami sudah menyampaikan kepada pemerintah setempat tetapi tidak dipedulikan hingga kini melalui media ini kami mohon perhatian Gubernur Maluku pa Murad Ismail. (MN-02)