Maluku Kedatangan FPK Kalteng Studi Banding Kerukunan Umat Beragama
Ambon,MarinyoNews.Com,-Maluku sejak lima tahun lagi telah menyatakan diri sebagai laboratorium perdamaian umat beragama, dengan adanya Gong Perdamaian. Sejalan dengan itu Maluku juga mendapat penghargaan ke-tiga sebagai propinsi teloransi umat beragama. Inilah yang membuat Maluku dilirik untuk studi banding dari berbagai propinsi menyangkut kehidupan beragama.
Dikarenakan kerukunan umat beragama salah satu faktor penentu kelangsungan pembangunan. Hal inilah yang mendasari Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk datang ke Maluku. Menyaksikan secara langsung keberadaan umat beragama yang hidup saling menyatu tanpa ada perbedaan. Bahkan lebih dari itu kami di Maluku benar-benar meningkatkan peran dan fungsi kehidupan religius itu sangat nyata.
Untuk meningkatkan itu, serta menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, FPK Kalteng menyelenggarakan kegiatan studi banding kerukunan umat beragama ke Maluku (Kota Ambon).Rombongan dipimpin Ketua DPRD Kalteng Wiyatno, tiba hari Kamis (29/4/21) dan akan berada di Ambon selama tiga hari. Kedatangan mereka, disambut hangat oleh Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang.
Dalam kegiatan studi banding tersebut, dilakukan pertemuan bersama antar Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Provinsi Kalteng dengan FPK Maluku. Pertemuan berlangsung di lantai 7 Kantor Gubernur. Tujuannya, untuk menambah wawasan sebagai bahan kontribusi dalam upaya pembangunan mental. Selain itu menjunjung tinggi toleransi, memperkokoh persatuan dan kesatuan demi berdirinya NKRI.
Pada kesempatan itu, Gubernur Maluku Murad Ismail dalam sambutannya yang disampaikan Sekda, menyatakan. Berterima kasih dan merasa sangat terhormat atas dipercayakannya Maluku oleh Pemprov Kalteng, sebagai tempat studi banding Forum Pembauran Kebangsaan. Pemprov Maluku, menyambut gembira kedatangan FPK Kalteng dan rombongan.
Harapannya, pertemuan FPK kedua provinsi ini, terjalin hubungan silaturahmi dalam merajut kebhinekaan, memperkokoh wawasan kebangsaan sebagai modal dasar pembangunan."Kami pastikan Maluku aman, nyaman dan damai saat ini. Silahkan bapak ibu jalan-jalan mengelilingi Kota Ambon," ucapnya. Sekda mengatakan, bagi masyarakat Maluku, pembauran kebangsaan bukanlah sesuatu yang baru. Sejak masa lalu, masyarakat disini sudah hidup berbaur dengan orang-orang nusantara lainnya.
Namun pembauran kebangsaan yang terjalin sejak lama itu, sedikit terusik dengan pecahnya konflik sosial bernuansa agama tahun 1999 hingga 2003."Syukur alhamdulillah, masyarakat Maluku cepat menyadari situasi ini dengan dilandasi budaya Pela Gandong. Maka dengan semboyan orang Maluku yaitu Sagu Salempeng di Pata Dua, masyarakat Maluku kembali hidup rukun dan damai," kata Sekda. Kemudian, Ketua FPK Maluku John Ruhulessin, dalam paparannya mengenai gambaran umum kerukunan umat beragama di Maluku menjelaskan.
Sebagai pusat perdagangan dunia di masa lalu, masyarakat Maluku sudah menerima kedatangan bangsa-bangsa besar sejak lama. Seperti Arab, Portugis dan lainnya, beberapa agama bahkan telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Maluku. "Sudah sejak lama masyarakat Maluku memiliki tradisi kekeluargaan yang sangat kuat", terangnya. Sembari sebutkan, tradisi Pela adalah yang cukup terkenal, bahkan memiliki ikatan marga yang mengakar.
Salah satu contohnya, pengecoran gedung Gereja Imanuel Jemaat Negeri Galala (Beragama Kristen), melibatkan Pela-nya dari Negeri Hitu (Islam), Hal yang sama juga dijelaskan Ketua FPK Kalteng Yohanes Freddy Ering.Dia mengatakan, di Kalteng juga pernah terjadi konflik etnis Dayak/Melayu dengan etnis Madura. Kerusuhan sempat menjalar ke berbagai kota, namun konflik dapat diatasi. Berkat komitmen pemerintah, masyarakat dan seluruh komponen etnis dan agama. Komitmen itu lanjut dia, bisa dapat dilihat pada simbol keselarasan dan kerukunan warga Kalteng yakni Huma Betang.
Huma Betang merupakan rumah besar yang dihuni banyak orang, dengan beragam agama dan kepercayaan, namun tetap rukun dan damai.Sehingga Huma Betang adalah sebuah simbol dan filosofi kehidupan masyarakat di Kalteng. Dengan filosofi Huma Betang ini, maka kami tidak pernah menolak kehadiran tamu dari mana saja untuk tinggal di rumah besar (Huma Betang). Sejauh tamu tersebut mengikuti filosofi dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak.
Untuk diketahui, pertemuan bersama antar Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Provinsi Kalteng dengan FPK Maluku. Dihadiri Wakil Ketua DPRD Maluku Azis Sangkala, Kakanwil Kemenag Maluku Jamaludin Bugis, para tokoh agama/masyarakat/paguyuban/pemuda, pimpinan organisasi kemasyarakatan dan undangan lainnya. Pada kesempatan ini, juga dilakukan penyerahan cinderamata dari Sekda Maluku kepada Ketua DPRD Kalteng dan sebaliknya. Kemudian penyerahan dari Ketua FPK Maluku kepada Ketua FPK Kalteng. (MN-02).
Belum Ada Komentar