Hadiri Dialog Kebangsaan, Wagub Ulas Napak Tilas Bung Karno di Saumlaki
Ambon Marinyonews.com – Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Nathaniel Orno mengingatkan kembali sejarah napak tilas (perjalanan) Presiden Soekarno di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Provinsi Maluku.
Sejarah napak tilas proklamtor RI ini menjadi topik utama yang disampaikan Wagub Orno saat tampil menjadi keynote speaker (pembicara utama) dalam acara Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Rumah Pancasila Maluku di Desa Alusi Krawain, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Kamis (14/11/2019)
Dialog yang diprakarsai Perhimpunan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Saumlaki ini bertemakan “Bangsa yang
Besar Adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya, dengan sub tema
“Melalui Semangat Hari Pahlawan Kita Pertegas Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila,”.
Dialog ikut dihadiri, Sekretaris Daerah KKT,
Pieterson Rangkoratat, Danlanal Kabupaten KKT, Letkol Hartanto, mewakil Dandim,
Pasiops Kodim 1507 Saumlaki, Lettu Inf. Deny Wakim dan Wakapolres KKT, Kompol
Lodevicus Thetol.
Dalam paparannya Wagub mengingatkan kembali,
tentang ketokohan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang akrab disapa Bung
Karno dengan mengutip catatab sejarah yang diulas dalam buku “Sewindu bersama
Bung Karno” karya Bambang Widjanarko.
Wagub menjelaskan, dalam buku itu telah
dikisahkan sikap Bung Karno yang keras, saat berkunjung ke Amerika Serikat dan
Uni Soviet. Dalam kunjungan itu, Bung
Karno membicaraka hasil Konfrensi Meja Bundar.
Beliau, kata Wagub, menyampaikan keinginan
untuk bertemu Khrushchev (Presiden uni Soviet). Khrushchev kala itu mengiyakan,
namun dengan syarat Bung Karno tidak boleh menggunakan pesawat Pan Am (pesawat
buatan Amerika) dan harus menggunakan pesawat Uni Soviet.
Mendengar hal tersebut, lanjut Wagub, Bung
Karno kemudian menolak dengan mengatakan,
“Silahkan batalkan kunjungan saya, tapi saya tetap naik pesawat itu,”
urai Wagub, mengisahkan ketegasan sang
Proklamator RI itu.
Tak hanya itu, sambung Wagub, Bung Karno juga
mengundang Khrushchev ke Indonesia untuk membahas bagaimana membantu Indonesia.
Saat Bung Karno mengajak Khrushchev ke Bali dengan perjalanan melalui
darat, Khrushchev melihat begitu banyak
rumah-rumah rakyat yang kumuh, lalu Ia berkata
“Tuan Bung Karno, anda seorang pahlawan
revolusioner. Anda berbicara tentang kesejahteraan rakyat, tapi kenapa
rumah-rumah anda disini semua masih kumuh seperti ini?.
“Bung Karno lalu menjawa Anda (Khrushchev)
juga seorang pahlawan revolusioner, tapi cara membangun bangsa kita itu
berbeda. Anda membangun dari fisiknya, saya membangun dari persatuannya. Dan
kalau saya mulai dari fisiknya, saya yakin Indonesia suatu saat akan bubar,”
cerita Wagub mengingatkan kembali ketokohan seorang Bung Karno, kala itu.
Wagub mengungkapkan, sikap Bung Karno dalam
kisah ini dapat diambil hikmanya bahwa
dengan menyatukan seluruh perbedaan melalui nilai-nilai kearifan budaya karena
Pancasila, maka Indonesia akan tetap kokoh.
“Apa yang terjadi Uni Soviet menjadi
terpenggal-penggal, bubar. Dan Indonesia masih sampai saat ini,” ungkap Wagub
mengingatkan.
Untuk itu, urai Wagub, Indonesia yang memiliki kearifan
lokal, sehingga dengan ratusan perbedaan bisa menyatukan rakyatnya. Meskipun terdapat perbedaan, bahasa, budaya
dan adat istiadat.
“Jadi hari ini katong melakukan kembali napak
tilas Bung Karno. Kenapa Bung Karno datang ke Saumlaki? Datang ke Tepa? Dan
kemana-mana, karena ingin mempersatukan Indonesia dalam satu rumah yaitu Rumah
Pancasila,” ucapnya.
Soal Blok Masela.
Wagub mengatakan, dengan adanya Blok Masela,
kedepan akan ada banyak orang yang ke daerah ini (Tanimbar). “Semua suku bangsa akan ada disini, karena
Blok Masela. Akan ada orang Jawa, MBD, Seram, Kalimantan. Ada Islam, Kristen,
Hindu, Budha. Semua ada disini, sehingga ketika persatuan tidak kokoh disini,
maka akan porak-poranda dan jika terbawa-bawa sampai keseharian dan pergaulan,
ini akan menjadi tidak baik,” ungkap Wagub.
Berkaitan dengan Dialog Kebangsaan dan
Deklarasi Pembentukan Rumah Pancasila Maluku yang diselenggarakan, dirinya
berharap akan menjadi momentum yang tepat untuk memperkokoh soliditas dan
membangun komitmen bersama guna mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan
persaudaraan sejati.
Usai menghadiri Acara Dialog Kebangsaan dan
Deklarasi Pembentukan Rumah Pancasila Maluku, Wagub meresmikan Rumah Pancasila
Maluku yang berada tidak jauh dari balai Desa Alusi Krawai.
Sebagaimana diketahui, jejak sejarah pernah
tercatat pada tanggal 4 November 1958, tepat jam 4 sore tiga buah kapal
tiba di Saumlaki. KRI Pattimura,
Pattiyunus dan Berlian menepih di Saumlaki.
Ketiga kapal ini berlayar hingga berada di
depan kampung Alusi Krawain. Ada sebuah speed boat mulai menuju ke darat dengan
sejumlah tentara yang dipimpin oleh Kolonel Pieters dari Ambon dan
memerintahkan pasukannya agar berjaga mengilingi kampong Alusi Krawain.
Ketika melihat para tentara masyarakat desa
sangat ketakutan dan berusaha berlari menghindarkan diri dari para tentara
tersebut. Namun para tentara itu mengatakan, “Jangan lari tetapi secepatnya
kalian pulang ke kampong karena Presiden Soekarno turun di desa kalian,”.
Saat itu, Mathias Adjas ditunjuk menjabat
kepala desa Alusi Krawain sementara, karena Kepala Desa Yonas Atdjas dan
perangkatnya diundang ke Kota Saumlaki untuk menjemput Bung Karno.
Mathias Adjas mengumumkan kepada masyarakat
Desa Alusi Krawain bahwa sekarang ini juga mengalihkan langkah ke pantai karena
Bapak Presiden datang mengunjungi desa ini.
Saat tiba di Alusi Krawan, Bung Karno disambut warga desa dengan berbondong-bondong ke
pantai dan untuk menyambut Bung Karno. Saat Bung Karno menginjakan kaki di pantai,
masyarakat menyambutnya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Puluhan ibu ikut larut dengan memegang tangan Bung Karno dan
mengantar sang Proklamator duduk di sebuah kursi yang sudah disiapkan di bawah
sebuah pohon besar nan rindang sambil menyanyikan lagu ‘Tanah Airku Indonesia’.
Kursi kenangan itu kini berada di sebuah
rumah yang kini telah diresmikan Wagub Maluku, Barnabas Nathaniel Orno sebagai
Rumah Pancasila Maluku.
“Saya
dan istri datang disini untuk melaksanakan napak tilas perjalanan Presiden
pertama RI Bapak Soekarno, pendiri bangsa ini,” ucap Orno.
Pada kesempatan itu, Wagub juga berpesan agar
Rumah Pancasila yang telah dideklarasikan dan diresmikan ini, adapat digerakkan
sebagai sebuah situs sejarah, untuk mendorong wisatawan datang ke Maluku
khususnya Kepulauan Tabimbar. (MN.01)
Belum Ada Komentar